]]>

« Home | Akhir Ramadhan Awal Kepedihan » | Time doesn't Heal » | Aku Adalah Seorang Ayah! » | MENARA TINGGI YANG GELAP » | Mengapa Kita Hanya Pandai Dalam Logika? » | Belajar dari Mohandas Karamchand Gandhi » | Obat Kuat di Bulan Ramadhan » | Turut Berduka Cita » | Mohon Maaf Lahir Batin » | Marhaban ya Ramadhan (nelangsa) »

Monday, November 28, 2005

Bayti Jannati

Dari: Ngestoe Rahardjo

~Rumahku di Sorga~

Berada di sekitar orang-orang terkasih, mungkin
merupakan suatu momen yang paling membahagiakan. Kita
merasa aman, tenteram, nyaman, lega, merasa cukup, dan
penuh canda-ria dan suka-cita. Itu hanyalah sebagian
kecil kata saja untuk menggambarkan rasa dari momen
yang nyaris tiada terkatakan itu. Kalaupun momen itu
kita anggap sebagai suatu tempat, maka tempat itulah
yang sekiranya paling layak untuk kita sebut sebagai
“rumah kita”; ke tempat yang paling kita rindukan
inilah kita ingin kembali “pulang” setelah sekian lama
berkelana.

“Rumah kita” tidaklah mesti di suatu tempat tertentu,
dengan bangunan berarsitek tertentu, luas areal
tertentu serta dengan spesifikasi-spesifikasi fisikal
tertentu lainnya. Ia bisa dimana saja, dengan kondisi
fisikal yang bagaimana saja, asalkan bisa memberi
suasana mental-psikologis seperti itu. Dimana saja dan
kapan saja Anda bisa merasakan kwalitas mental itu,
Anda sudah ada di “rumah”. Dan segera setelah kwalitas
itu sirna dari tataran mental Anda, walaupun Anda
masih di tempat yang sama, maka Anda sudah tidak di
“rumah” lagi, Anda telah terhempas keluar —apapun yang
menyebabkannya.

Coba ingat-ingat lagi —Kapan dan dimana Anda pernah
merasakan itu? Umumnya suasana penuh bahagia itu kita
rasakan semasih balita bukan? Tak peduli dimanapun
kita bertempat-tinggal masa-masa itu, kita selalu ada
di sekitar orang-orang terkasih —yang mengasihi dan
menyayangi kita, yang selalu siap mengulurkan tangan
bantuan dan perlindungannya kepada kita. Kalaupun ada
masa-masa dimana kita ada di dan merasakan “sorga” itu
di dalam kehidupan ini, maka masa-masa balita-lah masa
itu.

Menyadari semua ini, jangan rengut “sorga” putra-putri
kita dengan mengobarkan api neraka di rumah —melalui
pertengkaran, perselisihan, apalagi perceraian. Bahkan
bila perlu dan ada kemampuan untuk itu,
bagi-bagikanlah “sorga” yang serupa kepada anak-anak
malang yang tak terhitung banyaknya di sekitar kita.
Seberapa kecilpun kemampuan material kita untuk itu,
kalau kita punya kepedulian, punya rasa simpati dan
welas-asih di hati ini, kita bisa senantiasa
menebarkan “sorga” ke sekeliling kita, kita bisa
selalu ada di “rumah” dimanapun kita berada. Dan kalau
memang demikian adanya, Anda sesungguhnya adalah
“makhluk sorga”, “utusan sorga” yang diturunkan ke
muka bumi ini.

Bali, 26 Nopember 2005.

----------------------------------------------------
Ojir :
Kita termasuk yang mana ??
- Makhluk neraka
- Makhluk surga


E-mail this post



Remenber me (?)



All personal information that you provide here will be governed by the Privacy Policy of Blogger.com. More...

Add a comment